Secantik Apa Sih Sampai Gak Mau Upload Foto ?
Pernah dengar pertanyaan atau sindiran seperti ini? Atau pernah
merasakan sendiri disodorkan dengan pernyataan demikian? Nah, disini penulis
akan kupas sedikit masalah tersebut. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan
agar percaya diri dengan hal baik yang telah dipertahankan.
Kebanyakan dari kita mungkin akan merasa tersudutkan jika dituding
dengan pertanyaan atau sindiran demikian. Namun tudingan tersebut dapat menjadi
benteng pertahanan diri jika kita memiliki sikap bijak menanggapinya serta
memiliki azam yang kuat dalam diri bahwa yang kita lakukan adalah suatu hal
yang benar dan tidak melanggar syariat Islam.
Pertama, upload foto. Ternyata upload foto bisa
menjadi fitnah dan membuat dosa jariah. Foto seperti apa yang menyebabkan hal
demikian? Nah, perlu kita ketahui, dengan berkembangnya teknologi maka sosial
media (sosmed) pun semakin marak keberadaannya, mulai dari BBM, Whatsaap,
instagram, facebook, twitter dan masih banyak yang lainnya. Khalayak pengguna
sosmed berlomba-lomba mengekspos diri mereka di jejaring sosmed dengan berbagai
macam bentuk. Terutama topiknya mengupload foto diri sendiri baik selfie maupun
tidak. Lantas apa yang membuat orang mengupload foto dirinya ke sosmed? Apa
manfaat dan tujuannya? Gak ada kan!. Jika ingin berdakwah atau menebar kebaikan
kenapa harus dengan memajang foto di akun sosmed, khususnya wanita.
Fenomena ini sudah beredar di seluruh dunia. Tapi yang lebih
disayangkan adalah wanita yang sudah berhijrah atau sudah memakai hijab sesuai
syariat Islam, namun akun sosmednya masih bertebaran foto dirinya. Masih
mending yang fotonya bersama atau bukan selfie (tetap harus waspada), akan
tetapi malah suka selfie dengan memamerkan wajahnya yang sudah dibaluti hijab
sempurna. Sebenarnya apa yang ingin diperlihatkan? Kecantikan? Kesholehan?.
Jika sudah menutup aurat dengan sempurna, kenapa masih ingin
dilihat. Bukankah kecantikan dan kelebihan apapun dalam diri seorang wanita
kelak hanya dipersembahkan untuk pasangan halal yang sah. Lebih dahsyat lagi
bagi wanita yang sudah menikah. Cukuplah suami yang menikmati kecantikan itu,
tidak perlu mengumbarnya di sosmed yang membuat dosa bertambah ketika ada
laki-laki lain yang menikmatinya.
Kedua, memamerkan kecantikan. Berawal dari desakan pamer diri,
kaum wanita berlomba-lomba untuk berhias dengan berbagai macam alat kosmetik
digunakan. Mungkin keinginan untuk memamerkan kecantikan ini tidak begitu
tampak karena ia terpendam dalam sela-sela hati. Ia baru tampak ketika seorang
wanita berhias mengenakan pakaian mencolok yang menurutnya bagus dan
sebagainya.
Artinya: “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu,..” [1]
Tabarruj berasal dari kata buruj yang berarti “menara”, yakni
menonjol. Jadi, bertabarruj dalam ayat di atas berarti menonjolkan kecantikan
lewat, antara lain, bentuk pakaian, cara berjalan, berhias dan lainnya. Setiap
perhiasan yang dikenakan wanita dengan niat menarik perhatian laki-laki bukan
mahramnya, sudah termasuk tabarruj jahiliyah. Dalam hal ini tidak ada batasan
khusus yang menetapkan mana yang terlarang dan mana yang tidak. Perkaranya
bergantung pada iman wanita itu sendiri. [2]
Jika dilihat ke atas, bukankah mengupload foto merupakan bentuk
ingin menunjukkan atau memamerkan kecantikan yang dimaksud dengan tabarruj.
Tidak ada jaminan seseorang tidak bermaksud memamerkan jika ujungnya ia merasa
senang dengan pujian orang atas foto dirinya yang di pajang di sosmed tersebut.
Sedikit renungan, penulis sendiri pernah mengalami hal yang
membuat diri terhenti dan berfikir apa baiknya mengupload foto di sosmed.
Ketika itu foto yang diupload bersama teman-teman, dan juga foto sendiri yang
berhijab. seketika diupload bermacam-macam komentar orang tentang hal tersebut.
Lebih kurang seperti ini, “Maa syaa Allah indahnya melihat wanita yang berhijab
lebar”, “sungguh anggun wajahnya, calon istri sholehah”, “kalau dapat yang
seperti ini, pulang kerja gak terasa lelahnya, pasti adem”, dan sebagainya.
Sekalipun komentarnya positif, namun bagi penulis pribadi itu
merupakan suatu hantaman. Adanya foto tadi membuat laki-laki yang melihatnya
berangan-angan atau mengkhayalkan tentang diri kita. Dengan begitu memicu
mereka memandang foto kita dengan penuh perhatian.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
اَلْمَرْأةُعَوْرَةٌ,
وَإنَّهَا إذَاخَرَجَـتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَا نُ
“Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan
mengikutinya,.”[3]
Bukankah hadist tersebut mengisyaratkan bahwa wanita itu
benar-benar harus menjaga dirinya, sebab setan akan selalu menghiasinya dengan
keindahan yang membuat orang memandangnya, padahal keluar rumah itu, mungkin
karena suatu keperluan, belum tentu ia ingin dilihat, namun tetap setan
mengikutinya. Apalagi kalau dia sengaja memamerkan atau memperlihatkan dirinya
kepada publik terlebih dengan foto yang bisa kapan saja dilihat.
Di situ kita telah menanam dosa karena memancing lawan jenis untuk
melihat dengan memamerkan paras atau wajah kita.
Ketiga, fitnah pandangan. Pengkhianatan hati yang paling
berbahaya adalah memandang. Karenanya al-Quran menyebutkan lebih awal dari pada
yang lain. Firman Allah surah an-Nur[24] : 30-31.
Artinya: 30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,
atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [4]
Dalam dua ayat ini kita dapati kata abshar – absharihim dan
absharihinna – jamak dari bashar. Perbedaan kata bashar dan kata ‘ain, terletak
pada arti dan cara penggunaannya. Ayat ini membahas tentang fungsi mata
sehingga dalam hal ini tepatlah penggunaan kata abshar tersebut. Kata lain yang
diguanakan dalam ayat ini adalah kata yaghudhdhu – yaghudhdhu dan yaghdudhna –
dari akar kata ghadhdha. Ghadhdha dan ghamidha adalah sinonim yang
penggunaannya berkaitan erat dengan kata bashar dan ‘ain. Perbedaannya adalah
ghamidha berarti memejamkan mata, dan ghadhdha berarti mengurangi pandangan.
Mengurangi pandangan ini yang disebut dengan menjaga pandangan.
Tegasnya, ulama-ulama ushul fiqih menyebutkan dengan istilah an-nazhar al-aly.
Yakni pandangan yang mengawali sesuatu yang lain, misalnya saja memandang muka
seseorang yang tengah diajak berbicara. Sementara itu, an-nazhar al istiqlaly
adalah pandangan yang bersifat menatap penuh perhatian, seperti memandang
seseorang mengenakan dasi atau menyisir rambut. Dengan demikian, ayat tersebut
di atas dapat diartikan “jangan memandang wanita dengan pandangan penuh
perhatian”
Abul A’la al-Maududi menyebutkan bahwa syariat mengizinkan
beberapa pengecualian, antara lain: pandangan yang tak disengaja, tidak
mengulang-ulangi, tidak mencari kepuasan (an-nazhar al-aly), dan pandangan
seorang peminang.[5]
Dari uraian di atas bukankah sudah jelas kaitannya antara upload
foto dengan menjaga pandangan? Dapat dipastikan bahwa dengan foto-foto yang
diupload tersebut dapat memicu seorang laki-laki untuk memandang dengan penuh
perhatian terhadap wajah wanita yang bersangkutan. Tidak hanya itu, kita tidak
pernah tahu orang yang melihat foto yang kita upload tersebut apakah ia orang
yang baik atau tidak. Sebab bisa jadi foto tersebut dijadikan objek pemuasan
seks atau dijadikan sebagai foto tidak senonoh oleh laki-laki yang berpenyakit.
Masih ada yang berkata “secantik apa sih sampai gak mau
upload foto?” ?
Katakan “Aku tidak secantik yang kalian kira, bahkan jauh dari
kata cantik. Jika kalian melihatku langsung, kalian akan tahu bahwa aku hanya
seorang wanita biasa yang sederhana. Aku memilih untuk menjaga diri lebih baik
lagi dengan tidak memajang foto di akun sosial media, karena aku tidak pernah
tahu kapan Allah subhanahu wa ta’ala memanggilku, dan jika masa itu datang,
ternyata foto wajahku masih ada di sosmed, dan kalau suatu saat tanpa sengaja
ada laki-laki yang terus memperhatikan dengan penyakit di hatinya. Kemana akan
aku adukan, bagaimana aku menanggung dosa yang terus mengalir ketika aku
dihisab? Saat semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing kelak di hari akhir.
Oleh karena itu, aku berusaha menutup pintu-pintu masuknya dosa. Setiap orang
punya pilihan. Inilah pilihanku. Pesanku, jika kalian menemukan atau mendapati
foto-fotoku apalagi foto selfie atau wajah saja di akun sosmed kalian, aku
berharap dan mohon agar kalian menghapusnya. Dengan begitu kalian telah
membantu hijrahku.”
Atau, bisa diabaikan saja perkataan demikian jika tidak ingin
ambil pusing. Semua terserah yang mengalaminya, yang penting hal tersebut
dilakukan karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta’ala semata.
Untuk itu, pesan penulis kepada para wanita terkhususnya yang
sudah berhijab agar menahan diri untuk mengupload fotonya di jejaring sosmed.
Jika ingin menebar kebaikan tidak harus dengan fotomu bukan? Cukuplah cantikmu
untuk suamimu saja. Bukankah engkau sudah menutup diri dengan tidak keluar
rumah kecuali ada keperluan, dan memakai kerudung bahkan niqab sebagai penutup
aurat. Lalu apa yang membuatmu ingin memamerkan diri di sosmed yang tidak hanya
keluarga, teman, dan kerabatmu yang melihatnya, tetapi juga orang-orang yang
tidak kau kenali sama sekali. Perbaiki niat serta akhlakmu. Benahi diri
menjadi muslimah sejati yang benar-benar menjaga diri dimanapun, dalam hal
apapun.
Penulis: Nur Azizah, S.H
NB:
[1] QS. Al-Ahzab[33] : 33
[2] Hijab menurut al-Quran dan al-Sunnah: Pandangan Muthahhari dan
al-Maududi oleh Husein Shahab
[3] HR. Tirmidzi no. 1173 di shahihkan oleh Syaikh al-Albani
[4] QS. An-Nur[24] : 30-31
[5] Op.Cit

0 Response to "Secantik Apa Sih Sampai Gak Mau Upload Foto ?"
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif