Dia Adalah Saudariku
Oleh; Hermansyah

Sebuah kisah yang begitu menyentuh,  untuk  mengingatkan  kita semua agar mensyukuri tarikan nafas kita pada  hari  ini  dengan  bersegera  pada ketaatan  kepada  Allah  Subhanahu Wata’ala.   Karena  esok,  atau  mungkin sesaat lagi, kita akan berlalu dari dunia ini, menuju  kepada  kebahagiaan abadi atau siksa abadi..
In kisahnya... selamat membaca......

Ardian itulah namaku yang diberi oleh orang tua ku. Dalam kehidupan ku dirumah kecil ini, dengan struktur ayah sebagai seorang kepala Rumah Tangga, ibu serta aku dan saudariku sebagai buah hati mereka. Maryam itulah panggilan yang selalu aku dengar ketika orang-orangn rumah memanggilnya. Bertubuh tinggi sekitar 165 cm, berkulit putih kemerahan, dan berparas sangat menawan. Pipinya cekung, dan kulitnya membalut tulangnya. Hal itu tidak menghentikannya Karna ia selau membaca Al-Qur’an. Dia selalu terjaga diruang shalatnya  yang di bangun ayahku. Tangannya ketika shalat, seperti Ruku’, sujud, dan mengangkat tangannya ketika shalat, seperti itulah dia sejak fajar hingga matahari terbenam dan kembali lagi. Kejenuhan itu untuk orang lain (bukan bagi dirinya). Ia memang bersifat seperti Maryam binti Imran, yang selalu berdiam diri di mihrabnya, untuk beribadah kepada Tuhannya.
Adapun aku, aku kecanduan (narkoba kali.... hehe.. aku  termasuk orang yang tak suka memakai obat-obat gituan bro.... merusak diri...secuil nasehat dariku) aku kecanduan tidak lain selain majalah fashion (laki-laki kan... suka gaya bro...) dan novel. Aku keranjingan vidio hingga perjalanan ke tempat sewa vidio menjadi kebiasaanku. Ada sebuah pepatah bahwa jika sesuatu telah menjadi kebiasaan, orang-orang akan mengenalimu dengannya. Aku lalai dari kewajibanku dan shalatku ditandai dengan kemalasan.
Suatu malam, setelah tiga jam yang panjang menonton, pukul 04.00 pagi aku baru selesai menonton dan aku mematikan vidio dikarenakan terjadi pemadaman arus listrik secara mendadak. Adzan dengan lembut membangunkan malam, bagi oran-orang yang ingin bertemu dengan kekasih-Nya (Allah). Sedangkan bagiku suara azan ini bagaikan nyanyian penghantar sebelum tidurku. Ooohh... begitu merdunya.. membuat  Aku menyelinap dengan damai ke dalam selimutku. Aku benar-benar merasa mengantuk, berbeda pada saat aku nonton vidio tadi, tidak ada satu helai pun rasa kantuk menimpaku. Saat pelupuk mata yang sangat tipis ini benar-benar tak bisa lagi aku tahan, saat itu juga bleng.... hilang bagai di telan bumi. Akan tetapi disela-sela tidur ku, aku mendengar suara panggilan. Eee.. ternyata... eee...Ternyata (Sya’ir lagu bang roma Irama, hehehe...). ternyata. Suara maryam memamnggilku dari ruang shalatnya. “Ya? Kamu ingin sesuatu Maryam?” Tanyaku..
Dengan jarum tajam dia memecahkan balon rencanaku, untuk tidur. “Jangan tidur sebelum kamu shalat Subuh!!”
Agghh!! “Kamu bising banget sih...!! Masih ada waktu satu jam sebelum Subuh, itu hanya Adzan Pertama. “Kataku.
(sekarang kita serius... hahaa..).
Dengan suaranya yang merdu dia memanggilku mendekat. Dia selalu seperti itu bahkan sebelum penyakit ganas itu mengguncang jiwanya dan menahannya di tempat tidur. ,.. maukah kamu duduk disisiku?”
Aku tidak pernah bisa menolak permintaanya, engkau dapat merasakan kemurniaan dan keikhlasan pada dirinya. “Ya..Maryam?”
Duduklah disini.”
“Baiklah, aku duduk. Apa yang kau pikirkan?”
Dengan suaranya yang merdu dia membaca




 
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.(QS. Ali-Imran; 185)
Ia berhenti sambil berpikir. Kemudian ia bertanya, “a percaya kematian?”
Tentu saja.” Jawabku.
Bagus, karna tidak ada yang harus dikhawatirkan dalam kematian. Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi yang menjadi masalh serius adalah, apa yang terjadi setelah kematian ? Apakah berupa tanaman dan sungai mengalir, dalam tempat yang dijanjikan Allah ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak.
Ardian,..Apa kamu percaya kamu akan bertanggungjawab terhadap apapun yang kamu kerjakan, tidak peduli itu kecil atau besar?”
Aku percaya, tetapi Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan Kehidupan masih panjang menantiku.”
Hentikan Ardian !! (Tiba-tiba mukanya berubah jadi merah padam karna marah). Apa kamu tidak takut dengan kematian dan datangnya yang tiba-tiba? Kematian adalah sebuah Janji yang Allah berikan kepada semua manusia, Ardian. Tak peduli budak atau Raja, kaya atau miskin, tua atau muda, pandai atauh bodoh....seluruhnya tak bisa lari dari janji Allah. Apakah engakau tidak pernah mendengar surat peringatan Allah dalam al-Qur’an..!!
3 ö@è% (#râäu÷Š$$sù ô`tã ãNà6Å¡àÿRr& |NöqyJø9$# bÎ) ÷LäêZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÏÑÈ  
Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".


Lihat Nora. (nora adalah salah satu teman dekatku, yang mati kecelakaan mobil). Dia lebih muda darimu tetapi dai mati dalam kecelakaa mobil. Kematian buta terhadap usia dan umurmu tidak dapat mengukur kapan kamu akan mati.”
Sial..!! Pagi-pagi aku sudah mendapatkan tausia subuh, “gumamku dalam hati”

Kegelapan kamar waktu itu telah memenuhi hatiku dengan ketakuta. “Aku takut gelap dan sekarang kamu menakutiku dengan kematian. Bagaimana aku bisa tidur sekarang?” Jawabku...!. Oya ....Maryam, kukira kamu sudah berjanji unutk pergi bersama selama liburan musim ini.” Kataku untuk mengalihkan pembnicaraan.
Suaranya pecah dan hatinya gemetar, “Aku mungkin akan menempuh perjalanan yang panjang tahun ini Yan, tetapi ditempat yang lain, yang telah Allah janjikan. Kehidupan kita semua berada ditangan semua adalah milik-Nya.
Mataku basah dan air mataku mengalir di kedua pipiku. Meski aku selalu bertengkar dengannya akan tetapi aku menyayangi saudariku ini.
Aku memikirkan penyakit ganas saudariku. Dokter telah mengabarkan kepada ayahku secara pribadi, tidak banyak harapan Maryam dapat mengalahkan penyakitnya. Dia tidak diberitahu, saya jadi bertanya-tanya, siapa gerangan yang mengabarkan kepadanya. Atau apakah dia dapat merasakan kebenaran?
Apa yang kamu pikirkan Ardian? Suaranya terdengar tajam. “Apa kamu mengira aku mengatakan  ini hanya karna aku sakit? Aku harap tidak. Bahkan, aku mungkin hidup lebih lama dari orang-orang yang sehat. Berapa lama kamu akan hidup, Ardian? Mungkin dua puluh tahun? Mungkin empet puluh? Lalu apa?” dalam gelap dia menyentuuh tanganku dan menekannya lembut. “Tidak ada perbedaan antara kita. Kita semua akan pergi meninggalkan dunia ini untuk tinggal di dalam surga atau sengsara di dalam neraka.
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.”(QS. Ali-Imran; 185)
Ardian, Aku teringat nasehat indah dari Ustman bin Affan; Ketika ia berdiri di kuburan, Utsman Bin Affan, beliau menangis hingga basalah jenggotnya. Seandainya berada di antara surga dan neraka, akau tidak tahu yang mana diantara kedua tempat itu yang diperintahkan untukku. Kalaulah bisa, akau memilih menjadi abu sebelum akau tahu ke mana akau nanti.
Aku tak tahan, aku pun meninggalkan kamar saudariku dalam keadaan limbung, kata-katanya mengiang-mengiang di telingaku, “Semoga Allah menunjuki Ardian, Jangan Lupa shalatmu.” Teriaknya...!!
Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur, mata ku sulit di bawa tidur, dikarnakan aku masing teringat jelas ucapan saudariku.
Jam bekerku telah menujukkan pukul 08.00 pagi,  Aku terbangun setengah sadar, karna aku terlalu ngantuk akibat nonton vidio samapai larut malam. Aku mendengar orang berjalan kaki dari luar kamarku, dan semakin dekat menuju ke kamarku, tiba-tiba pintu kamarku di gedor dengan keras. Tapi aku tidak biasa bangun di waktu seperti ini, kelopak mataku yang tipis ini terasa berat sekali untukku buka. Disisi lain aku mendengar tangisan. Aku langsung terbangun. Ya... Allah apa yang terjadi?
Ternyata Kondisi Maryam menjadi krisis setelah fajar, mereka segera membawanya kerumah sakait.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tidak akan ada perjalanan musim ini, Telah ditakdirkan aku akan menghabiskan musim liburan kali di rumah seorang diri.
Seolah waktu berlalu selamanya. ketika tiba jam 01.00 siang. Ibu menelpon rumah sakit.
“Ya, kalian bisa datang menjenguknya sekarang.” Suara ayah berubah dan ibu dapat merasakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Kami segera berangkat.
Dimana jalan yang sering kulewati dan kukira sangat singkat? Mengapa kali ini terasa begitu lama? Dimana keramaian dan lalu lintas yang selalu memberiku kesempatan unutk menoleh ke kiri dan ke kanan? Semua orang menyingkir dari jalan kami!
Ibu menggelengkan kepalanya dalam tangannya menangis ketika ia berddo’a bagi Maryam. Kami tiba di loby rumah sakit. Seorang laki-laki mengerang, sedangkan yang lainnya korban kecelakaan. Dan mata laki-laki ketiga terlihat sedingin es. Engkau tidak bisa memastikan apakah dia mati atau hidup.
Maryam berada dalam ruang ICU. Kami menaiki tangga menuju ke lantai (kamar)nya. Suster mendekati kami, “Mari kuantarkan kepada Maryam.”
Ketika kami berjalan sepanjang koridor, suster bercerita betapa manisnya dan cantiknya si Maryam, Majahnya putih bersinar seolah-olah mengeluarkan cahaya. Dia sedikit banyak meyakinkan ibu kalau keadaan Maryam lebih baik daripada pagi tadi.
“Maaf, Tidak boleh lebih dari satu orang pengunjung memasuki kamar. “Kata suster tersebut.
Ini adalah kamar ICU. Menatap ke arah jubah putih selembut salju, melalui jendela kecil di pintu, aku melihat mata saudariku maryam. Ibu berdiri di sisinya. Setelah kurang-lebih dua menit, ibu keluar tak dapat menahan tangisanya. “Kamu boleh masuk dan mengucapkan salam kepadanya dengan syarat kamu tidak berbicara terlalu lama dengannya, “mereka berkata kepadaku. “Dua menit saja.”
“Bagaimana keadaanmu Maryam? Kamu baik-baik saja semalam saudariku, apa yang terjadi?”
Kami berpengan tangan, dia menekannya lembut. “Sekarang pun, alhamdulillah, aku baik-naik saja.”
Alhamdulillah.... tapi... tanganmu sangat dingin, aku merasa memegang es.”
Aku duduk di sisi tempat tidurnya dan meletakkan tanganku di lututnya. Ia tersentak, “Maaf, sakit ya?”
Tidak sakit kok, hanya saja aku teringat firman Allah.”
ÏM¤ÿtGø9$#ur ä-$¡¡9$# É-$¡¡9$$Î/ ÇËÒÈ  
 Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan)”. (QS. Qiyamah; 29)
Saat itulah kematianku....
Wahai pemilik kematian, mengapa kita selalu turutkan jiwa untuk mencari kesenangan yang fana? Maut akan merobek baju dan memisahkanmu dari kesenangan. Mengapa kau hancurkan badanmu untuk meraih kesenangan yang sedikit? Apakah kita mempuyai obat penangkal maut? Apakah kiata memiliki tempat berlari darinya, atau dia akan berpaling menghindari kita?
Cukup saudariku....??
Ardian doakan akau. Mungkin akau akan segera bertemu hari pertama dari hari akhirat (yakni di kuburan). Itu adalah perjalanan yang panjang dan aku belum mempersiapkan amalan yang cukup dalam perbekalanku.”
Sebutir air mata meniti dan meluncur ke pipku mendengar kata-katanya. Aku menangis dan Ruangan menjadi kubur dan membiarkan kami berdua bersaudara menangis bersama. Tetesan air mata jatuh ke telapak tangan saudariku, yang kugenggam dengan kedua tanganku. Ayah saat ini menjadi lebih khawatir kepadaku. Aku tak pernah menangis seperti ini sebelumnya.
Beberapa hari kemudia mereka menceritakna kepadaku apa yang terjadi. Ayah telah menarik tanganku untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudariku untuk yang terakhir kalinya. Aku mencium kepala Maryam.
Setelah itu, aku menyusup ke ruang shalatnya malam itu. Menatap pada pakaian yang diam dan cermin yang bisu. Aku sungguh menjaga dia yang telah berbagi rahim ibuku dengan ku. Maryam adalah saudari kembarku.
Aku teringat dia yang dengnnya aku berbagai kesedihan, memberi ketenangan di hari-hari hujianku. Aku teringat dia yang berdoa agar aku mendapat petunjuk dan dia yang menelitikkan begitu banyak air mata pada kebanyakan malam yang panjang mengingatkan ku akan kematian dan hisab. Semoga Allah menyelamatkan kami semua.
Malam ini adalah malam pertama Maryam yang harus ia lewatakan di kuburnya. Ya, Allah rahmatilah dia dan terangilah kuburnya. Inilah Al-Qur’an dan sajadahnya. Dan inilah pakaian berwarna-warna musim semi yang dia katakan kepadaku akan disimpannya samapai dia menikah, pakaian yang hanya disimpannya untuk suaminya kelak. Sekarang Engkau telah mengabilnya, sebelum keinginannya terwujud, oleh karnanya berilah ia suami terbaik di surga-Mu kelak. Aminnnnnnnnn....!!




0 Response to " "

Post a Comment

Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel