Menulusuri Amalan Nisfu Sya'ban
Hamdan wa Syukron lillah, Shalatan Wa salaman ‘Ala
Rasulillah
Seiring
banyaknya, anggapan sebagian orang bahwa malam nisfu sya’ban (15 sya’ban)
memiliki keutamaan yang sangat besar. Untuk mengetahui hal itu mari kita sorot
pendapat para ulama kita tentang amalan di bulan nisfu Sya’ban.
Ibnu
Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu
Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya.
Kebanyakan ulama mendhoifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan
sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.” (Lathoif
Al Ma’arif, 245) Tanggapan penulis, “Ibnu Hibban adalah di antara ulama yang
dikenal mutasahil, yaitu orang yang bergampang-gampangan dalam menshahihkan
hadits. Sehingga penshahihan dari sisi Ibnu Hibban perlu dicek kembali.”
Al-Hafizh
Al-Iraqi berkata: Hadits (yang menerangkan) tentang shalat Nisfu Sya'ban maudhu'
dan pembohongan atas diri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Dalam
kitab Al Majmu', Imam Nawawi berkata: Shalat yang sering kita kenal dengan
shalat Raghaib ada (berjumlah) dua belas raka'at dikerjakan antara Maghrib dan
Isya' pada malam Jum'at pertama bulan Rajab; dan shalat seratus rakaat pada
malam Nisfu Sya'ban. Dua shalat itu adalah bid'ah dan mungkar. Tak boleh
seseorang terpedaya oleh kedua hadits itu hanya karena telah disebutkan di
dalam buku Quutul Quluub dan Ihya' Ulumuddin. Sebab pada dasarnya hadits-hadits
tersebut batil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai
orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits, yaitu dari kalangan
Aimmah yang kemudian mengarang lembaran-lembaran untuk membolehkan pengamalan
kedua hadits, dengan demikian berarti salah kaprah.
Mengenai
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat malam, Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam Nishfu Sya’ban, maka tidak ada satu
pun dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para sahabatnya.
Namun terdapat riwayat dari sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat.” (Lathoif Al Ma’arif, 248)
Syaikh
‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua
Lajnah Ad Da’imah (komisi fatwa di Saudi Arabia). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah
hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadits yang
menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya
adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh
kebanyakan ulama.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 1/188). Begitu juga di halaman yang
sama, Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits dhoif barulah bisa diamalkan dalam
masalah ibadah, jika memang terdapat penguat atau pendukung dari hadits yang
shahih. Adapun untuk hadits tentang menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak
ada satu dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk hadits yang lemah
tadi.”
Malam
Nishfu Sya'ban Sama Seperti Malam Lainnya
Syaikh
Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Malam Nishfu Sya’ban
sebenarnya seperti malam-malam lainnya. Janganlah malam tersebut dikhususkan
dengan shalat tertentu. Jangan pula mengkhususkan puasa tertentu ketika itu.
Namun catatan yang perlu diperhatikan, kami sama sekali tidak katakan,
“Barangsiapa yang biasa bangun shalat malam, janganlah ia bangun pada malam
Nishfu Sya’ban. Atau barangsiapa yang biasa berpuasa pada ayyamul biid (tanggal
13, 14, 15 H), janganlah ia berpuasa pada hari Nishfu Sya’ban (15 Hijriyah).”
Ingat, yang kami maksudkan adalah janganlah mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban
dengan shalat tertentu atau siang harinya dengan puasa tertentu." (Liqo’
Al Bab Al Maftuh, kaset no. 115)
Dalam
hadits-hadits tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebutkan bahwa Allah
akan mendatangi hamba-Nya atau akan turun ke langit dunia. Perlu diketahui
bahwa turunnya Allah di sini tidak hanya pada malam Nishfu Sya’ban. Sebagaimana
disebutkan dalam Bukhari-Muslim bahwa Allah turun ke langit dunia pada setiap
1/3 malam terakhir, bukan pada malam Nishfu Sya’ban saja. Oleh karenanya,
keutamaan malam Nishfu Sya’ban sebenarnya sudah masuk pada keumuman malam, jadi
tidak perlu diistimewakan.
‘Abdullah
bin Al Mubarok rahimahullah pernah ditanya mengenai turunnya Allah pada malam
Nishfu Sya’ban, lantas beliau pun memberi jawaban pada si penanya, “Wahai orang
yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam Nishfu Sya’ban?! Perlu engkau
tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam (bukan pada malam Nishfu Sya’ban
saja, -pen).” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod Ahlis
Sunnah (92).
Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin (menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam Nishfu Sya’ban itu sudah masuk pada keumuman malam, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3/29)
Al ‘Aqili rahimahullah mengatakan, “Mengenai turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya itu layyin (menuai kritikan). Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan turun setiap malam, itu terdapat dalam berbagai hadits yang shahih. Ketahuilah bahwa malam Nishfu Sya’ban itu sudah masuk pada keumuman malam, insya Allah.” Disebutkan dalam Adh Dhu’afa’ (3/29)
Diselesaikan pada malam hari Pukil 23; 45, Pekanbaru hari Senin, 15 Sya'ban/ 1 Juni 2015
Ditulis oleh; Al-Akh Hermansyah Bin Suhaimi Al-Kampary
Sumber; Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?
dan Sumber : http://rumaysho.com
Artikel; http://Salafiansyah.blogspot.com
Kontak Penulis;
1.Fb; Hermansyah BinSuhaimi AL Kampary
2. Twit; @Salafiansyah
3. Via BBM; dengan PIN 53CCB044
4. Via
WhatsApp dengan nomor; +6282390288093
5. Fans Page
dengan nama Hidup Bersama Sunnah

0 Response to "Menulusuri Amalan Nisfu Sya'ban"
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif