Menyelami Makna dan Sejarah LGBT
Menyelami Makna dan Sejarah LGBT
Bismillah.... al-Hamdulillah wa Syukron Lillah... Shalatan wa
Salaman ‘ala Rasulillah.... ‘Amma Ba’ad..
Akhir-akhir ini LGBT, Merupakan bahan pembicaraan yang hangat dan
merupakan trending topik, di jejaring sosial pun LGBT sangat marak di
bicarakan. KITA tahu masalah yang sedang terjadi saat ini ialah banyaknya orang
yang kehilangan akal. Mengapa dikatakan demikian? Sebab, banyak orang melakukan
perbuatan di luar batas kewajaran. Di mana, perbuatan yang seharusnya tidak
terjadi, malah dilakukan dan disemarakkan. Itulah yang kita kenal sebagai LGBT.
Sejenis apa itu?
Apa itu LGBT?
LGBT atau GLBT adalah akronim
dari "Lesbian,
Gay,
Biseksual,
dan Transgender".
Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa
"komunitas gay”, karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah
disebutkan.(wikipedia.org)
Letsbi berarti menjalin hubungan antara seorang wanita dengan
wanita pula. Sedangkan Gay menjalin hubungan antara lelaki dengan lelaki pula.
Padahal seharusnya lelaki berhubungan dengan wanita. Bukan sesama jenis.
Keempat hal itu merupakan perilaku yang menyimpang. Sebab, semuanya
melanggar aturan yang ada dan berbeda dengan kodrat yang seharusnya.
Ada yang lebih parah dari itu, yakni biseksual. Dimana seseorang
berhubungan dengan lawan jenis dan sesama jenisnya. Ini sungguh di luar batas
kewajaran. Syahwatnya tertarik pada dua jenis. Apa yang salah dengan dirinya?
Lalu, ada pula transgender yang tidak nyaman dengan kodrat yang ia
miliki. Seseorang yang tadinya berjenis kelamin lelaki, misalnya, malah
mengubahnya menjadi wanita. Katanya, hal itu disebabkan bahwa itu bukanlah
dirinya yang seutuhnya.
Sungguh, hal ini merupakan tugas kita bersama. Jangan sampai ada
lagi orang atau pun saudara di sekitar kita yang berpikiran demikian. LGBT ini
sangat meresahkan masyarakat, di mana perbuatan itu bisa saja menular kepada
orang lain. Maka, mencegahnya itu lebih baik daripada kita berdiam diri kepada
mereka. Bantulah mereka untuk kembali menemukan jati dirinya.(IslamPos.com)
Sejarah LGBT
Istilah pertama yang
banyak digunakan, "homoseksual", dikatakan mengandung
konotasi negatif dan cenderung digantikan oleh "homofil"
pada era 1950-an dan 1960-an, dan lalu gay pada tahun
1970-an. Frase "gay dan lesbian" menjadi lebih umum setelah identitas
kaum lesbian
semakin terbentuk.
Akronim LGBT
kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari sekitar tahun 1988. Baru
pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan.
Sebenarnya Sejarah
homoseksualitas dapat ditilik mulai dari zaman atau masa Mesir Kuno,
sementara itu sikap masyarakat terhadap hubungan sesama jenis telah berubah
dari waktu ke waktu dan berbeda secara geografis. Bermula dari mengharapkan
semua pria terikat dalam hubungan sesama jenis, dalam kesatuan sederhana,
melalui penerimaan, dalam pemahaman praktik tersebut merupakan dosa kecil,
menekannya melalui penegakan hukum dan mekanisme pengadilan, hingga dalam
pengharaman hubungan tersebut praktik homoseksual dijerat dengan hukuman mati.
Banyak tokoh sejarah
yang diduga gay atau biseksual seperti Socrates,
Lord Byron,
Edward II, dan Hadrian.
Sejumlah ilmuwan, seperti Michel
Foucault, menganggap pelabelan gay atau biseksual ini berbahaya bagi
pengenalan anakronistik sebuah konstruksi
seksualitas kontemporer yang tidak muncul pada masa itu, tetapi banyak kalangan
yang menentang ini.(wikipedia.org)
Sejarah Homo Seksual Sudah Ada Pada Masa Nabi Luth ‘Alaihis Salam
Nabi Luth ‘alaihissalam
berhijrah bersama pamannya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menuju
Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina. Di
tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada pamannya Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam untuk pergi menuju negeri Sadum (di dekat laut
mati di Yordan) karena Allah telah memilihnya sebagai Nabi-Nya dan Rasul-Nya
yang diutus kepada negeri tersebut, maka Nabi Ibrahim mengizinkannya dan Nabi
Luth pun pergi ke Sadum serta menikah di sana.
Ketika itu, akhlak penduduknya sangat buruk sekali, mereka tidak menjaga
dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat kemungkaran, berkhianat
kepada kawan, dan melakukan penyamunan. Di samping itu, mereka mengerjakan
perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya di alam
semesta. Mereka mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwatnya dan
meninggalkan wanita.
Saat itu, Nabi Luth ‘alaihissalam mengajak penduduk Sadum untuk
beriman dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,
“Mengapa kamu tidak
bertakwa?”– Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku
sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di
antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy
Syu’ara: 160-161)
Tetapi kaum Luth
tidak peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong terhadapnya serta
mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth ‘alaihissalam tidak putus asa,
ia tetap bersabar mendakwahi kaumnya; mengajak mereka dengan bijaksana dan
sopan, ia melarang dan memperingatkan mereka dari melakukan perbuatan munkar
dan keji. Akan tetapi, kaumnya tidak ada yang beriman kepadanya, dan mereka
lebih memilih kesesatan dan kemaksiatan, bahkan mereka berkata kepadanya dengan
hati mereka yang kasar, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)
Mereka juga mengancam
akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung mereka karena memang
ia adalah orang asing, maka Luth pun marah terhadap sikap kaumnya; ia dan
keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka.
Istrinya lebih memilih
kafir dan ikut bersama kaumnya serta membantu kaumnya mengucilkannya dan
mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala
membuatkan perumpamaan,
“Allah membuat istri
Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada
di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu
kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu
tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk
(jahannam).” (QS. At Tahrim: 10)
Pengkhianatan istri
Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan kekafirannya dan tidak beriman kepada
Allah Subhnahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengutus tiga orang malaikat dalam bentuk manusia yang rupawan,
lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim
‘alaihissalam mengira bahwa mereka adalah manusia, maka Nabi Ibrahim
segera menjamu mereka dengan menyembelih seekor anak sapi yang gemuk, tetapi
mereka tidak mau makan.
Para malaikat juga
memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim, bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan mengaruniakan kepadanya anak dari istrinya, yaitu Sarah bernama
Ishaq ‘alaihissalam. Para malaikat kemudian memberitahukan kepada Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam, bahwa mereka akan berangkat menuju negeri Sadum
untuk mengazab penduduknya karena kekafiran dan kemaksiatan mereka.
Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
memberitahukan, bahwa di sana terdapat Luth, maka para malaikat pun
menenangkannya dengan memberitahukan, bahwa Allah akan menyelamatkan dia dan
keluarganya selain istrinya yang kafir.
Para malaikat pun
keluar dari rumah Ibrahim dan pergi menuju negeri Sadum, hingga mereka sampai
di rumah Luth dan mereka datang sebagai para pemuda yang tampan. Saat Nabi Luth
‘alaihissalam melihat mereka, maka Nabi Luth mengkhawatirkan keadaan
mereka, dan tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth,
hingga akhirnya istrinya keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaumnya
tentang kedatangan tamu-tamu Nabi Luth yang rupawan.
Maka kaumnya pun datang
dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan
keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu
rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth
mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari
mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya
itu, lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka
dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya mereka
adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu,–Dan bertakwalah kepada Allah
dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Nabi Luth juga
mengingatkan mereka, bahwa Allah Subhnahu wa Ta’ala telah menciptakan
wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan syahwatnya, akan tetapi kaum
Luth tetap ingin masuk ke rumahnya. Ketika itu, Nabi Luth ‘alaihissalam
tidak mendapati seorang yang berakal dari kalangan mereka yang dapat
menerangkan kesalahan mereka dan akhirnya Nabi Luth merasakan kelemahan
menghadapi mereka sambil berkata, ““Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk
menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan).” (QS. Huud: 80)
Saat itulah, para tamu
Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka bukan
manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang
fasik itu.
Tidak berapa lama, kaum
Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang
malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan
di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta Nabi Luth untuk
pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan menimpa mereka di
pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke
belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi
Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum.
Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah
mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu.
Saat itu, negeri
tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut
negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan
negeri itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian
mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala
berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan
siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83).
Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan
rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mereka menjaga pesan itu,
bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya.
Maka Nabi Luth dan
keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri,
sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang
setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami tinggalkan
pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang
pedih.” (Terj. Adz Dzaariyat: 37)
Kisah-kisah Nabi Luth
dapat dilihat di beberapa tempat dalam Al Qur’an, di antaranya: QS. Al A’raaf:
80-84, QS. Hud: 69-83, QS. Al Hijr: 51-77, QS. Asy Syu’araa’: 160-175, QS. An
Naml: 54-58, QS. Al ‘Ankabut: 28-35, QS. Ash Shaaffaat: 133-138, QS. Adz
Dzaariyat: 31-37, dan QS. Al Qamar: 33-40. (KisahMuslim.com).
Saudara-saudariku...
yang tercinta.. Kita berdo’a
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuatan kepada kita dan anak
keturunan kita agar tidak terjrumus dalam gelimang dosa yang penuh kekejian ini
dan memberikan hidayah kepada mereka yang telah terlanjur untuk kembali kepada
keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari Lumpur dosa ini.
Allah
Al-Musta’an. Wallahu a’lam
___
Salo-Kampar, 09 Jumadil Ula 1437 H
Salo-Kampar, 09 Jumadil Ula 1437 H
Penyusun; Hermansyah Suhaimi El-Kampary
Artike; Salafiansyah.Com
Ikuti update
artikel Rumaysho.Com di Fans Page Salafiansyah.Com,
Facebook Hermansyah Suhaimi El-Kampary, Twitter @SalafiansyahCom, Instagram SalafiansyahCom

0 Response to "Menyelami Makna dan Sejarah LGBT"
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif