CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 1
CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 1
MUQODDIMAH
Para pembaca saudara-saudariku
yang tercinta...
Cinta kepada Rasulullah
merupakan hal yang sangat perlu dan sangat penting, bahkan hal itu menjadi alat
ukur ke-Imanan seseorang
Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلى
الله عليه وسلم, bahwa beliau bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna)
iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada
orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR. Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167 no.44)
Belakangan ini, di
tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan
cinta Rasul صلى الله عليه وسلم. Kecintaan kepada
Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah perintah
agama dan merupakan prinsip keimanan. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada
Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak boleh kita
lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul صلى الله عليه وسلم itu kita ekspresikan secara
serampangan tanpa mengindahkan syari’at agama maka bukannya pahala yang kita
terima, tetapi malahan menuai dosa.
WAJIBNYA BERIMAN KEPADA NABI
Wajib hukumnya bagi
setiap mukallaf setelah ia mengenal Allah عزّوجلّ
dan mengimani-Nya adalah beriman kepada Rasulullahصلى الله عليه وسلم dan membenarkan apa yang beliau bawa dari sisi
Allah عزّوجلّ. Beriman kepada
beliau dan kepada seluruh utusan adalah salah satu rukun dari rukun iman yang
enam, sebagaimana hal ini beliau jelaskan tatkala menjawab pertanyaan Malaikat
Jibril dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim.
Allah عزّوجلّ juga berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ
شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا . لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Sesungguhnya Kami
mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya,
membesar-kan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS al-Fath [48]: 8-9)
Dalam ayat lain Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا
Dan barangsiapa yang
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menye-diakan
untuk orang-orang yang kafir neraka yang menyala-nyala. (QS al-Fath [48]: 13)
Dan dari Sahabat Abu
Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Aku diperintah
untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah
(sembahan) yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja, dan sampai mereka beriman
kepadaku dan kepada apa yang aku bawa (syari'at). Bila mereka telah
lakukan, maka terjagalah dariku darah-darah mereka dan hisabnya tergantung atas
Allah." (Muttafaqun 'alaih)
Maka beriman kepada
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah sebuah
kewajiban yang tidaklah sempurna iman seseorang kecuali dengannya, dan tidaklah
benar Islam seseorang melainkan bersamanya.
Beriman kepada Nabi صلى الله عليه وسلم adalah membenarkan kenabian dan
kerasulan beliau, dan membenarkan semua apa yang beliau bawa dari Allah عزّوجلّ, membenarkan ucapan beliau, dan
menyinkronkan antara keyakinan hati dan ikrar lisannya bahwa beliau adalah
Rasulullah. Bila telah terkumpul antara pembenaran di dalam hati dan
pengikraran di dalam lisan maka telah sempurna keimanan seseorang kepada
beliau.
Dan telah datang
penjelasan dalam hadits Jibril عليه السلام tatkala
bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم,
"Kabarkan kepadaku tentang makna Islam." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada sembahan yang berhak untuk diibadahi selain Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah...," lalu juga bertanya tentang
iman, Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab,
"Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya," hingga akhir hadits.
Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menetapkan bahwa bahwa iman
membutuhkan keyakinan di dalam hati dan Islam membutuhkan pengikraran di dalam
lisan, maka sebuah persaksian lisan semata tanpa keyakinan di dalam hati adalah
puncak dari kenifaqan, wal 'iyadzu billah.
WAJIBNYA TAAT KEPADA NABI
Wajib hukumnya bagi
setiap mukallaf untuk menaati Nabi صلى الله عليه وسلم,
dan menaati beliau adalah kelaziman dari keimanan kepada beliau, dan kepada
semua apa yang beliau bawa dari Allah عزّوجلّ,
karena tidaklah beliau memerintahkan sesuatu tidak pula melarang sesuatu
melainkan pasti dengan izin Allah. Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan Kami tidak mengutus
seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. (QS an-Nisa' [4]: 64)
Dan makna "menaati
beliau" adalah melaksanakan perintah-perintah beliau dan menjauhi
larangan-larangan beliau.
Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ
وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى
الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ
Katakanlah: "Taat
kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain
kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS an-Nur [24]: 54)
Allah عزّوجلّ berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
pedih. (QS an-Nur [24]: 63)
Dan dari Sahabat Abu
Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Barangsiapa taat
kepadaku berarti ia taat kepada Allah dan barangsiapa bermaksiat kepadaku
berarti ia bermaksiat kepada Allah, barangsiapa taat kepada amirku berarti ia
taat kepadaku." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda, "Bila aku
melarang dari sesuatu maka tinggalkanlah, dan bila aku memerintahkan sesuatu
maka kerjakan semampu kalian." (Muttafaqun 'alaih)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda, "Setiap umatku
akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan." Para sahabat bertanya,
"Siapa gerangan mereka yang enggan masuk surga?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Siapa saja yang
taat kepadaku berarti ia masuk surga dan siapa saja yang bermaksiat kepadaku
dialah orang yang enggan masuk surga."
Maka Allah عزّوجلّ menjadikan ketaatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai wujud ketaatan kepada-Nya,
dan menggandengkan antara ketaatan kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم dengan ketaatan kepada-Nya, dan Allah عزّوجلّ memberikan janji bagi yang istiqamah di atasnya dengan
besarnya pahala, serta Allah mengancam bagi yang menyelisihinya dengan balasan
yang jelek, Allah عزّوجلّ telah mewajibkan
untuk mengerjakan perintah Nabi صلى الله عليه وسلم dan
menjauhi larangannya. Para imam mengatakan, "Menaati Rasul صلى الله عليه وسلم adalah dengan iltizam
terhadap sunnah-sunnahnya serta tunduk terhadap setiap apa yang beliau bawa
dari sisi Rabbnya.
Sungguh Allah عزّوجلّ telah mengisahkan keadaan orang-orang kafir
tatkala mereka menyesali diri karena dahulu tidak menaati Allah dan rasul-Nya
pada hari ketika wajah-wajah mereka dibolak-balikkan di dalam
tingkatan-tingkatan neraka Jahannam seraya mengatakan, "Duh, seandainya
dahulu tatkala di dunia kami menaati Allah عزّوجلّ dan
rasul-Nya, maka mereka mengkhayalkan ketaatan tersebut padahal tidak ada
gunanya lagi khayalan tersebut."
#In Syaa Allah Bersambung....
Disarikan
dari buku beliau "an-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin
", dalam kumpulan karya beliau Irsyad as-Sari fi Jam'i Mushannafati Syaikh
Hasyim Asy'ari yang telah dikoreksi oleh cucu beliau sendiri K.H.
Ishomuddin Hadzik
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H.
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H.
________________
Penyusun: Hermansyah Suhaimi El-Kampary
Artikel: Salafiansyah.Com
Penyusun: Hermansyah Suhaimi El-Kampary
Artikel: Salafiansyah.Com
Ikuti update artikel Salafiansyah.com di Fans
Page Salafiansyah.Com, Facebook
Hermansyah Suhaimi El-Kampary, Twitter @SalafiansyahCom,
Instagram SalafiansyahCom

0 Response to "CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 1"
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif