CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 2



CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 2

WAJIBNYA ITTIBA' KEPADA NABI
Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk ittiba' (mengikuti) kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mencontoh/melaksanakan sunnahnya  menjadikan  suri teladan pada petunjuknya Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran [3]: 31)
Berkata   Muhammad   bin   Ali   at-Tirmidzi, "Meneladani Rasul صلى الله عليه وسلم artinya meneladani sunnah-sunnah beliau dan tidak menyelisihi beliau baik dalam ucapan maupun perbuatan."
Dan dari Hasan al-Bashri bahwa ia berkata, bahwa suatu kaum mengatakan, "Kami mencintai Allah, lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat-Nya sebagai ujian bagi mereka. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي                              
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku..."
Dan diriwayatkan bahwa ayat di atas adalah turun kepada Ka'ab bin al-Asyraf dan para sahabatnya, tatkala mengatakan, "Kami adalah anak-anak laki-lakinya Allah عزّوجلّ dan kecintaan-Nya, dan kami sangat mencintai Allah عزّوجلّ, lalu Allah menurunkan ayat di atas sebagai bantahan atas ucapan tersebut.

Disebutkan dalam hadits dari Irbadh bin Sariyah رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan sebuah wasiat agung, "Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin, gigitlah sunnah itu dengan gigi gerahammu, dan jauhi perkara baru dalam agama karena setiap perkara baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat."
Berkata Sahl at-Tustari, "Landasan pokok madzhab kami ada tiga, mencontoh nabi didalam akhlak dan perbuatannya, memakan dari yang halal, dan mengikhlaskan niat di seluruh amalan.
WAJIBNYA MENCINTAI NABI

Wajib hukumnya bagi setiap mukallaf untuk mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم. Allah عزّوجلّ berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
Maka cukuplah dengan ancaman yang keras ini sebagai dorongan, peringatan, petunjuk dan hujjah atas wajibnya mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai dari anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia."
Dan dari Sahabat Anas رضي الله عنه, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Ada tiga perkara, yang apabila seseorang melakukannya maka ia akan mendapat manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan bila seseorang mencintai saudaranya tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah dan bila seorang benci untuk kembali kufur sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api."
Dan dari Sahabat Umar bin Khaththab رضي الله عنه, dia berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Sungguh engkau lebih saya cintai dari segala sesuatu selain diri saya." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Bahkan tidaklah beriman seseorang sehingga aku lebih ia cintai meskipun daripada dirinya sendiri." Lalu Umar رضي الله عنه mengatakan, "Dan demi Dzat yang telah menurunkan kepada engkau al-Kitab, sungguh (sekarang) engkau lebih saya cintai ketimbang diri saya sendiri." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Sekarang baru kau benar, wahai Umar."
Disarikan dari buku beliau "an-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin ", dalam kumpulan karya beliau Irsyad as-Sari fi Jam'i Mushannafati Syaikh Hasyim Asy'ari yang telah dikoreksi oleh cucu beliau sendiri K.H. Ishomuddin Hadzik
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 133 Ed.8 Th. ke-12_1434 H.
________________
Penyusun: Hermansyah Suhaimi El-Kampary
Artikel: Salafiansyah.Com
Ikuti update artikel Salafiansyah.com di Fans Page Salafiansyah.Com, Facebook Hermansyah Suhaimi El-Kampary, Twitter @SalafiansyahCom, Instagram SalafiansyahCom

                                                                                                              

0 Response to "CINTA SEJATI UNTUK NABI #Part 2"

Post a Comment

Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel