MISTERI SYEKH SITI JENAR #part 2
MISTERI SYEKH SITI JENAR #part 2
Oleh
: Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin حفظه الله
Rabu,
26 Dzulhijjah 1437 H
28 September 2016 M
SITI JENAR ANTI AGAMA
Ajaran Siti Jenar
menolak semua ajaran agama yang berbau Arab. Ajaran tersebut tidak menganggap
kitab suci sebagai sumber ilmu agama, dan menghina segala bentuk ibadah
praktis. Seperti yang ditegaskan Munir Mulkhan dalam bukunya, Ajaran dan
Jalan Kematian Syekh Siti Jenar,
"Syekh Siti Jenar
berpendapat bahwa ketika syahadat, shalat, dan puasa itu tidak diinginkan, maka
hal itu bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan. Demikian pula halnya dengan
zakat dan haji, semuanya dipandang sebagai omong kosong, sebagai kedurjanaan
budi dan penipuan terhadap sesama manusia.”[1]
Siti Jenar juga membuat
alasan yang sangat aneh, bahwa menurut pandangan Jawa, pelaksanaan shalat lima
waktu itu bukan shalat yang sebenarnya. Dan kalau toh tetap disebut shalat,
maka pelaksanaan shalat yang tampak lahiri ini hanyalah hiasan dari shalat yang
Daim. Dalam pemahaman Jawa, shalat Daim adalah shalat yang
ditegakkan secara terus-menerus tidak pernah putus. Baik ketika berjaga maupun
ketika tidur.[2]
Menurut Syekh Siti
Jenar, hanya orang-orang yang dungu dan tidak tahu saja yang menuruti aulia
atau wali, hanya karena mereka diberi harapan surga kelak di kemudian hari.
Siti Jenar justru tak pernah menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid
mengenakan jubah dengan harapan memperoleh sejumlah pahala yang akan diterima
nanti. Ketaatan seseorang juga bukan karena dahi dan kepalan tangannya sudah
menjadi tebal.[3]
Bahkan ajaran Syekh
Siti Jenar menolak mentah-mentah kitab suci sebagai sumber ilmu, seperti
kepercayaan yang menyebar di kalangan Sufi ekstrem. Sebab, menurut Siti Jenar,
ilmu tidak dapat dicapai hanya dengan membaca buku-buku, membaca kitab suci,
mendengarkan petuah kyai atau wali. Orang yang berilmu berarti mampu mengetahui
kahanan, kenyataan, yang bebas dari pancaindra, mampu melihat tanpa
mata, mendengar tanpa telinga, membau tanpa hidung, merasa tanpa meraba, dan
menikmati tanpa mengecap.[4]
Walaupun latar belakang
kehidupan Syekh Siti Jenar tidak jelas, beberapa dokumen yang menjelaskan
ajaran Syekh Siti Jenar sangat banyak menunjukkan sikap zindiq-nya. Di
samping dengan Dzikir Ojrat Ripangi dan matra-matra Lebe Lonthang
yang menimbulkan kesesatan, dia pernah menyuruh membakar masjid dan mengingkari
syari'at Islam. Syekh Siti Jenar mengatakan bahwa al-Qur'an merupakan pegangan
hidupnya, tetapi secara kontras dia mengingkari hukumnya dan menganalisa
kandungannya menurut pemahaman wihdatul wujud dan hawa nafsu zindiqnya.
AJARAN SITI JENAR DIDOMINASI KAUM
ABANGAN
Warna Islam pedalaman
yang sinkretis hasil rekayasa Sunan Kalijogo, yang berbeda dengan warna
Islam di daerah pesisir yang murni, dimanfaatkan kaum zindiq untuk merusak
Islam. Mereka berpura-pura masuk Islam, namun banyak ajaran agama yang
diselewengkan. Dan mereka terpecah menjadi tiga kelompok:
Pertama: Kelompok yang tidak menerima Islam secara kaffah (menyeluruh)
karena menurut mereka agama lama juga tidak kalah baiknya. Bahkan sebagian
mereka membesar-besarkan peranan Sunan Kalijogo sebagai juru dakwah paling
bijak karena tidak menentang adat istiadat dan kebudayaan Jawa. Sunan Kalijogo
adalah guru mistik terbesar yang pernah ada di Jawa dan sebagai tokoh dalam
perkembangan Islam di Indonesia, khususnya Jawa. Kelompok ini tidak ragu
menggunakan do'a berbahasa Jawa seperti yang dicontohkan Sunan Kalijogo dengan Mantra
Betuah dan Kidung Rumekso Ingweya yang sangat memikat hati. Dari
sinilah tumbuhnya aliran kebatinan atau kejawen yang kemudian menjamur sejak
akhir abad ke-19.
Kedua: Kelompok yang tidak mau menerima Islam tetapi tidak berani menentang
secara terang-terangan, lalu bersikap zindiq. Kelompok kedua ini masih
melanjutkan upaya seperti yang dilakukan Syekh Siti Jenar pada masa hidupnya.
Namun, sepanjang abad ke-17, mereka belum berani berbuat seperti gurunya karena
khawatir akan mengalami nasib yang sama, karena pemerintah Islam Mataram masih
sangat kuat.
Ketiga: Kelompok yang tetap tidak mau menerima Islam dan tetap bertahan dengan
agama apa saja selain Islam.[5]
Demikianlah gambaran
sekilas tentang pemikiran Syekh Siti Jenar yang membawa paham berbahaya Wihdatul
Wujud. Maka sungguh mengherankan jika pada zaman sekarang pemikiran
berbahaya tersebut dibela dan dibenarkan.
Semoga Allah Azza wa
Jalla menampakkan al-Haq kepada kita dan menegarkan kita di
atasnya.[]
_________
Penyusun: Hermansyah Suhaimi El-Kampary
Artikel: www. Salafiansyah.blogspot.co.id
Artikel: www. Salafiansyah.blogspot.co.id
Ikuti update artikel Salafiansyah.com di Fans
Page Salafiansyah.Com, Facebook
Hermansyah bin Suhaimi El-Kampary, Twitter
@SalafiansyahCom, Instagram
SalafiansyahCom, Channel Telegram @Salafiansyahcom,
@alQawarir
NOMOR WHATSAPP; +628975992494
Sumber: Majalah
al-Furqon No.157, Ed.10 Th.ke-14_1436H/2015M
e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com
e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com
[1] Ajaran
dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Dr. Munir Mulkhan, hlm. 66.
[2]
Lihat buku Syekh Siti Jenar karya Achmad Chodjim, hlm. 203
[3] Ajaran
dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Dr. Munir Mulkhan, hlm. 66.
[4]
Ibid., hlm. 119
[5] Misteri
Syekh Siti Jenar, Prof. Dr. Hasanu Simon, hlm. 427-428.

0 Response to "MISTERI SYEKH SITI JENAR #part 2"
Post a Comment
Silahkan Berikan Komentar Anda yang Positif